Profil Desa Banyurip
Ketahui informasi secara rinci Desa Banyurip mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Kelurahan Banyurip, Pekalongan Selatan. Kenali pusat kerajinan tenun ATBM yang melegenda, lumbung pertanian urban Kota Pekalongan, serta peran strategisnya sebagai lokasi Rusunawa dalam menata wajah baru permukiman kota.
-
Sentra Tenun ATBM
Pusat utama kerajinan tenun dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di Kota Pekalongan, menghasilkan produk berkualitas ekspor seperti sarung goyor dan menjadi pilar ekonomi kreatif yang khas.
-
Lumbung Pertanian Urban
Berhasil mempertahankan area persawahan yang luas dan produktif di tengah kota, menjadikannya salah satu lumbung padi dan pusat pertanian urban vital bagi ketahanan pangan Pekalongan.
-
Pusat Hunian Vertikal
Lokasi strategis bagi Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa), yang berfungsi untuk menyediakan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menata kawasan perkotaan.

Jauh dari citra pesisir yang identik dengan Kota Pekalongan, Kelurahan Banyurip di Kecamatan Pekalongan Selatan menawarkan potret yang berbeda dan unik. Wilayah ini merupakan sebuah mozaik harmonis di mana tradisi kerajinan tenun Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang khas berpadu dengan hijaunya lahan pertanian urban yang produktif. Banyurip menjelma menjadi penopang ganda: sebagai penjaga warisan budaya tekstil dan sekaligus sebagai salah satu lumbung pangan vital bagi masyarakat kota.
Di samping identitas kerajinan dan agrarisnya, Banyurip kini juga memegang peran strategis dalam penataan wajah perkotaan modern. Kehadiran Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) menandai fungsinya sebagai solusi hunian vertikal bagi warga. Dengan karakteristik yang beragam ini, Kelurahan Banyurip menunjukkan dirinya sebagai kawasan penyangga yang dinamis, menyeimbangkan laju modernisasi dengan pelestarian tradisi dan ketahanan pangan.
Sejarah, Nama dan Profil Wilayah
Nama "Banyurip" sarat akan makna filosofis yang dalam bahasa Jawa berarti "air kehidupan". Penamaan ini diyakini mencerminkan kondisi wilayahnya di masa lalu yang subur dan kaya akan sumber air, menjadikannya lahan yang ideal untuk pertanian dan menopang kehidupan masyarakatnya. Hingga kini, filosofi tersebut masih relevan, di mana sektor pertanian tetap menjadi salah satu pilar utama kelurahan.
Secara administratif, Kelurahan Banyurip adalah salah satu kelurahan terluas di Kecamatan Pekalongan Selatan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan menunjukkan luas wilayahnya mencapai 2,23 kilometer persegi. Pada tahun 2022, jumlah penduduknya tercatat sebanyak 10.375 jiwa. Berbeda dengan kelurahan lain di Pekalongan yang padat, Banyurip memiliki ruang terbuka hijau yang lebih luas, didominasi oleh lahan persawahan yang membentang di sejumlah area.
Tata pemerintahannya dipimpin oleh seorang Lurah, yang berkoordinasi dengan lembaga kemasyarakatan dalam merumuskan dan melaksanakan program pembangunan. Lokasinya yang berada di perbatasan selatan Kota Pekalongan menjadikannya gerbang sekaligus filter bagi dinamika sosial dan ekonomi dari wilayah kabupaten tetangga.
Pusat Kerajinan Tenun ATBM yang Melegenda
Salah satu identitas terkuat yang melekat pada Kelurahan Banyurip ialah statusnya sebagai pusat kerajinan tenun menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Jauh sebelum industri tekstil modern mendominasi, para perajin di Banyurip telah dengan tekun menghasilkan lembaran-lembaran kain tenun berkualitas tinggi. Suara ritmis dari alat tenun kayu yang beradu menjadi musik latar sehari-hari di banyak rumah perajin, sebuah penanda bahwa tradisi masih hidup dan terus berproduksi.
Kerajinan tenun ATBM di Banyurip menghasilkan beragam produk, mulai dari bahan pakaian, sarung goyor, hingga kain untuk kebutuhan dekorasi rumah. Produk-produk ini dikenal karena kualitasnya yang prima, teksturnya yang unik, dan durabilitasnya yang tinggi. Kain sarung goyor dari Banyurip, misalnya, sangat diminati pasar ekspor, terutama di Timur Tengah dan Afrika, karena bahannya yang sejuk saat dikenakan di cuaca panas dan hangat saat cuaca dingin.
Pemerintah Kota Pekalongan, melalui Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Dindagkop-UKM), mengakui potensi besar sektor ini. Walikota Pekalongan, H.A. Afzan Arslan Djunaid, menekankan pentingnya regenerasi perajin. "Tenun ATBM adalah warisan budaya dan ekonomi yang luar biasa. Kita harus mendorong generasi muda untuk tertarik dan mau belajar, agar keahlian ini tidak punah. Pemerintah siap mendukung melalui pelatihan dan fasilitasi pemasaran," ujarnya. Keberadaan industri ATBM ini menjadi pilar ekonomi kreatif yang membedakan Banyurip dari wilayah lain di Kota Pekalongan.
Lumbung Pangan Kota: Pertanian Urban yang Produktif
Di tengah gencarnya alih fungsi lahan di perkotaan, Kelurahan Banyurip berhasil mempertahankan sebagian besar wilayahnya sebagai lahan pertanian produktif. Hamparan sawah yang terawat baik menjadikan kelurahan ini sebagai salah satu "lumbung padi" andalan bagi Kota Pekalongan. Para petani yang tergabung dalam berbagai kelompok tani (gapoktan) menjadi garda terdepan dalam menjaga ketahanan pangan kota.
Sektor pertanian di Banyurip tidak hanya terbatas pada padi, tetapi juga mencakup berbagai komoditas hortikultura. Dalam beberapa tahun terakhir, konsep pertanian urban (urban farming) juga mulai dikembangkan, seperti budidaya sayuran di lahan terbatas dan pemanfaatan pekarangan rumah. Inisiatif ini didukung oleh penyuluh pertanian dari dinas terkait untuk meningkatkan produktivitas dan diversifikasi produk.
Tantangan yang dihadapi para petani cukup klasik, mulai dari isu ketersediaan pupuk bersubsidi, serangan hama, hingga fluktuasi harga panen. Namun dengan semangat dan kerja keras, mereka terus mengolah lahan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Keberhasilan Banyurip dalam mempertahankan sektor agrarisnya di tengah kota menjadi contoh pentingnya keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian lingkungan.
Wajah Baru Perkotaan: Kehadiran Rusunawa
Sebagai jawaban atas kebutuhan hunian yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan untuk menata kawasan kumuh, Pemerintah membangun Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di Kelurahan Banyurip. Kompleks hunian vertikal ini menjadi wajah baru perkotaan di selatan Pekalongan, menawarkan alternatif tempat tinggal yang lebih terjangkau dan terorganisir.
Kehadiran Rusunawa membawa dinamika sosial tersendiri. Warga dari berbagai latar belakang kini tinggal bersama dalam satu lingkungan komunal yang baru. Pemerintah tidak hanya menyediakan fisik bangunan, tetapi juga memfasilitasi pembentukan paguyuban warga, pemberdayaan ekonomi bagi para penghuni, serta penyediaan fasilitas sosial dan umum di sekitar kompleks.
Pembangunan Rusunawa di Banyurip merupakan bagian dari program strategis nasional dan daerah untuk mengurangi backlog perumahan. "Rusunawa ini kami harapkan dapat meningkatkan kualitas hidup warga. Mereka bisa tinggal di tempat yang lebih sehat dan layak, dengan akses yang lebih baik ke sanitasi dan air bersih," jelas seorang perwakilan dari dinas perumahan. Dengan demikian, Banyurip tidak hanya berfungsi sebagai wilayah produksi, tetapi juga sebagai lokasi solusi atas permasalahan sosial perkotaan.
Kehidupan masyarakat Banyurip berjalan dalam ritme yang unik, di mana suara mesin jahit dari industri konfeksi kecil, ketukan alat tenun ATBM, dan aktivitas petani di sawah berpadu dalam satu harmoni. Didukung oleh semangat gotong royong dan kehidupan religius yang kental, warga Banyurip terus berinovasi dan beradaptasi, menjadikan kelurahan mereka sebagai salah satu pilar penyangga Kota Pekalongan yang paling komplet dan dinamis.